Nyongkolan Tradisi Suku Sasak Lombok
Hingar bingar dari beragam alat musik mampu menarik perhatian, inilah yang di namakan Gendang Beleq, sebuah alat musik tradisional Suku Sasak dari Lombok yang di mainkan secara berkelompok, Beleq artinya besar, dalam kelompok biasanya memainkan dua buah gendang besar yang di iringi buyi terompet dan juga kecrek.
Biasanya dalam satu kelompok pertunjukan berjumlah 20 orang atau lebih, dahulu Gendang Beleq di jadikan sebagai alat penyemangat prajurit yang akan pergi atau pulang dalam peperangan namun kini Gendang Beleq di gunakan sebagai musik pengiring dalam upacara – upacara adat.
Biasanya dalam satu kelompok pertunjukan berjumlah 20 orang atau lebih, dahulu Gendang Beleq di jadikan sebagai alat penyemangat prajurit yang akan pergi atau pulang dalam peperangan namun kini Gendang Beleq di gunakan sebagai musik pengiring dalam upacara – upacara adat.
Gendang Beleq bukanlah satu – satunya yang menarik perhatian, dulang sesajian yang di simpan di dalam tempat makan pun menjadi daya tarik lain kesemuanya adalah bagian dari tradisi nyongkolan. Nyongkolan adalah sebuah tradisi perkawinan suku sasak di Lombok.
Sepasang pengantin akan di arak beramai – ramai menuju kediaman sang pengantin wanita, arak – arakan ini selalu di iringi dan di ramaikan oleh atraksi Gendang Beleq, tujuannya agar para warga sekitar mengetahui bahwa pasangan pengantin tersebut sudah menjadi sepasang suami istri yang sah.
Sepasang pengantin akan di arak beramai – ramai menuju kediaman sang pengantin wanita, arak – arakan ini selalu di iringi dan di ramaikan oleh atraksi Gendang Beleq, tujuannya agar para warga sekitar mengetahui bahwa pasangan pengantin tersebut sudah menjadi sepasang suami istri yang sah.
Sebelum arak – arakan di mulai terlebih dahulu, para tamu dan pemain Gendang Beleq di suguhi sajian makanan di kediaman pihak laki – laki sementara di bagaian lain para tetangga sibuk membantu si empunya hajat dengan cara memasak sajian berupa nasi dan daging yang akan di hidangkan.
Saat acara pelaksanaan nyongkolan, arak – arakan pasangan pengantin di dampingi oleh para ketua suku, tokoh agama, tokoh masyarakat beserta kerabat, biasanya mereka sambil membawa kain – kain khas suku sasak. Peserta iring – iringan harus menggunakan pakaian khas ada suku sasak dalam tradisi nyongkolan serta di ibaratkan seperti raja dan permaisurinya yang di iringi oleh para pengawal dan dayang – dayang istana.
Dalam tradisi khas pernikahan suku sasak, nyongkolan merupakan bagian kecil dari ritual yang harus di lakukan ke dua mempelai. Uniknya ada mitos dan kepercayaan yang masih di pegang oleh warga suku sasak terkait tradisi ini. Jika tradisi nyongkolan tidak di gelar setelah prosesi akad nikah maka rumah tangganya biasanya tidak akan bertahan lama, percaya atau tidak.
Post a Comment
Berkomentarlah dengan bijak, sesuai topik pembahasan dan jangan lupa Subscribe https://youtube.com/c/RauhunIsnaini